Kasepuhan Cirebon Gaduh, Keturunan Berebut Tahta

Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon

RAGAM, SAKATA.ID : Ada kisruh di Keraton Kasepuhan Cirebon. Seseorang yang bernama Raden Rahardjo Djalil telah menyegel dan menggembok pintu Keraton Kasepuhan pada 26 Juni 2020 lalu.

Raden Rahardjo Djalil mengklaim, dirinya merupakan keturunan sah Sultan Sepuh ke-XI Raja Jamaludin Aluda Tajul Arifin.

Bacaan Lainnya

Video penyegelan yang dilakukan Rahardjo Djalil itu viral di media sosial. Di dalam video berdurasi 40 detik tersebut Raden Rahardjo mengunci pintu Keraton dengan rantai dan gembok.

Di video itu juga Rahardjo menyatakan, mengambil alih Keraton Kasepuhan dari tangan Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. SE yang saat ini bertahta, sejak tahun 2010.

Kasepuhan Cirebon
Raden Rahardjo menggembok pintu Keraton Kasepuhan

“Hari ini, Sabtu 26 Juni 2020 Kami Keturunan Asli Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin. Dengan ini menyatakan mengambil alih Keraton Kasepuhan dari tangan Saudara Arief. Demikian pernyataan kami buat untuk disebarluaskan ke Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat dan Masyarakat Kota Cirebon,” ujarnya di dalam video yang tersebar.

Jika dilihat dari sejarahnya, Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan pecahan dari Kesultanan Cirebon yang pernah dipimpin oleh Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatulloh) pada 1479-1568.

Setelah wafat Sunan Gunung Jati (1568), Kesultanan Cirebon melemah hingga pecah menjadi dua kesultanan yakni, Kasepuhan dan Kanoman. Berdirinya pun di tahun yang sama yaitu pada 1679.

Setelah Kasepuhan Cirebon berdiri, raja yang terkahir bertahta adalah Sultan Sepuh XIII Pangeran Raja Adipati DR.H. Maulana Pakuningrat. SH. Ia mulai Sultan Kasepuhan sejak 1969-2010.

Setelah Maulana Pakuningrat meninggal dunia, Sultan Kasepuhan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat hingga sekarang.

Namun pengangkatan Arief sebagai Sultan Kasepuhan XIV dinilai tidak sah karena tidak ada pemberitahuan dan persetujuan dari keluarga besar Keraton Kasepuhan Cirebon. Hal itu diungkapkan langsung Rahardjo Djalil.

Rahardjo mengatakan, pihak keluarganya, sebagai keturunan sah Sultan Sepuh XI Keraton Kasepuhan Cirebon Tadjoel Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjanataningrat mengaku memiliki bukti silsilah yang lengkap.

Selama ini, kata dia, di dalam pengangkatan Sultan Kasepuhan pihaknya tidak pernah melakukan protes. Asalkan menurutnya, yang melanjutkan tahta harus tetap mempunyai semangat Syiar Islam dan memelihara peninggalan leluhur.

Rahardjo juga tidak mempunyai ambisi untuk mengambil alih kekuasaan. Hanya saja dia merasa kecewa lantaran tidak pernah dilibatkan dalam proses penentuan Sultan Kasepuhan. Bahkan seolah-olah dihilangkan dari silsilah keluarga Kasepuhan.

“Keluarga besar sebenarnya tidak pernah protes atas tindakan mereka karena kami tetap berpendapat pada semangat Syi’ar Islam. Tapi kami tidak pernah dilibatkan bahkan seakan dihilangkan dari silsilah keluarga,” kata Rahardjo.

Saat ini, keluarga besar Rahadjo Djalil tengah mempersiapkan penerus Kasepuhan. Ia sudah sepakat menunjuk Elang Mas Upi Supriyadi untuk jadi sultan yang baru. Elang adalah cucu dari istri pertama Sultan Sepuh XI Keraton Kasepuhan Cirebon yakni Ratu Radja Wulung Ayu Ningrat.

Adanya peristiwa penggembokan keraton oleh Rahardjo menjadi ramai dan bahkan gaduh. Rahardjo mengaku sudah siap menerima segala risiko dari perbuatannya itu.

Sementara itu, saat menanggapi penggembokan Keraton, Sultan Kasepuhan Arief mengaku akan mengambil langkah hukum. Karena menurut dia, Rahardjo telah masuk ke Keraton tanpa izin dan sudah membuat gaduh.

Saat ini, katanya, situasi di Keraton Kasepuhan sudah mulai kondusif. Gembok juga sudah dilepas. (S-03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *