Merubah Rantai Penularan Virus Jadi Rantai Kebaikan, Aksi Sosial SMA Ksatria Nusantara

Pelajar SMA Ksatria Nusantara dalam aski kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19.
Salah seorang pelajar SMA Ksatria Nusantara Padaherang Kab. Pangandaran, memberikan paket sembako kepada warga terdampak Covid-19 di Desa Karangpawitan Kec.Padaherang Kab.Pagandaran.

REGIONAL, Pangandaran, Sakata.Id:- Wabah Covid-19 dan rantai penularan virus berubah menjadi rantai kebaikan. Gerakan sosial dan aksi-aksi kemanusiaan bermunculan di tengah wabah. Seperti aksi kemanusian pelajar SMA Ksatria Nusantara Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat.

Sejak wabah ini diumumkan pemerintah 2 Maret 2020 dengan kasus dua pasien, dan menjadi transmisi lokal, covid-19 tidak hanya bentrok dengan kesehatan tetapi juga dengan ekonomi. Kerapkali juga berbenturan dengan kepekaan kemanusiaan.

Bacaan Lainnya

Kepekaan kemanusiaan, yang hadir membentuk rantai kebaikan di tengah rantai penularan virus ini, diperlihatkan oleh pelajar SMA Ksatria Nusantara Padaherang sejak Minggu (25/7/2021).

Mereka bergerak menyisir warga tidak mampu dan terdampak wabah virus di Desa Karangpawitan, membagikan paket sembako langsung ke rumah penerima.

Mereka pelajar juga santri. Memang tidak belajar di rumah, tapi di pondok pesantren. Yayasan Al-Masruhiyah yang menaungi SMA ini tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dalam belajar tatap muka. Dalam aksi kemanusiaan ini pelajar berangkat dari sekolah, bukan dari rumah.

Ketua Yayasan Al-Masruhiyah Luthfi Fauzi,S.HI, MM., mengatakan, pihak sekolah menyediakan 500 paket sembako dalam aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh pelajar. Paket itu bersumber dari infak warga sekolah, pelajar, guru atau ustad, pemerintahan desa, dan donasi hamba allah.

“Hari Minggu baru Desa Karangpawitan, hari ini ke desa lain, tidak seberapa banyak, tetapi intinya kami ingin menanamkan nilai-nilai kemanusian pada anak didik. Ingin membentuk rantai kebaikan, di tengah rantai penularan virus,” kata Luthfi, Senin (26/7/2021).

Sikapi Wabah dengan Segala Keilmuan

Luthfi Fauzi menyebut pada situasi sekarang ini tidak hanya harta benda yang harus dikerahkan untuk saling membantu. Tetapi semua keilmuan harus dikerahkan.

Tidak hanya ilmu kesehatan. Inilah saatnya, semua pendekatan keilmuan harus dikerahkan. Seperti ilmu lingkungan hidup, tata ruang, teknologi informasi, ekonomi, psikologi, bahkan ilmu agama.

“Ulama juga berperan penting merumuskan sikap terhadap wabah ini, dari sisi akidah dan fiqihnya, sehingga ummat memiliki rujukan yang tepat,” kata dia.

Kyai muda ini meminta ummat untuk mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah. Karena menurutnya virus itu ada dan sudah terbukti banyak menelan korban.

Menurutnya dari sisi akidah, jika mau disebut Ahlusunnah Wal Jamaah, jangan sekali-kali berfikir jabariyyah, yang semua ditanggungkan pada takdir. Karena Ahlusunnah Wal Jamaah itu menganut faham akidah qodariyyah yang memerlukan ihktiar.

“Upaya pencegahan memerlukan ikhtiar, tidak boleh berpikir semuanya mutlak oleh Allah, sakit sembuh oleh Allah, hidup mati takdir Allah, manusia cukup pasrah saja, tanpa berikhtiar. Disebut jabariyyah tidak mau, tapi ikhtiar dianggap tak perlu. Ya harus berikhtiar, cara berikhtiarnya sudah dipikirkan pemerintah, kita tinggal mentaati,” kata Luthfi.

Dari sisi fiqih, misalnya ulama harus menyerukan tertib wudhu bahkan langgeng wudhu. Kalau menurut kesehatan mencuci hanya sampai pergelangan tangan, dalam tertib wudhu sampai lebih sikut. Membersihkan hidung dengan memasukan air ke dalamnya dan dibuang kembali. Semua cara bersuci pada wudhu kata Luthfi, itu sudah menjadi kiat pencegahan virus.

“Kalau dekat dengan air, ya kita langgeng wudhu saja. Tidak perlu menunggu saat mau sholat. Handsanitizer itu medium pengganti air, kalau di fiqih pengganti air dalam wudhu ya tanah, namanya tayamum. Gak perlu terlalu sering memakai handsanitizer jika ada air, itu hanya alat pengganti air, langgeungkan wudhu,” kata Luthfi.

Apa yang diterangkan Luthfi sebagian kecil dari contoh pendekatan keilmuan dalam agama terkait covid-19. Kepekaan sosial di tengah wabah menular ini, kata dia tidak hanya harus ditunjukan dengan harta, tetapi juga dengan ilmu yang dimiliki, berdasarkan disiplin ilmu masing-masing.

“Jadi kami, kepada pelajar dan santri, mendidik mereka untuk bersedekah setiap hari, bukan dengan harta benda, tetapi dengan keilmuan dan amaliah. Saling mengingatkan, sesama teman, keluarganya, saling mendokan, itu juga sedekah,” kata dia.

Luthfi berharap, melalui ikhtiar semuanya dari segala yang dimiliki, bisa cepat memutus mata rantai penyebaran virus, dan bangsa Indonesia kembali pulih, sehat dan kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *