REGIONAL, TASIKMALAYA: Ratusan bangunan rumah di Dusun Cianteg, Desa Setiawaras, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah (deformasi) menyusul curah hujan tinggi.
Sebagian rumah di kampung tersebut mengalami keretakan dan amblas sehingga tidak bisa ditinggali warga setempat.
Sedikitnya ada 122 rumah yang mengalami kerusakan, baik rusak sedang maupun rusak berat.
Hingga saat ini, warga sekitar masih melakukan perbaikan dengan keterbatasan biaya. Dilokasi musibah tersebut, warga memperbaiki saluran air agar tidak menyerap ke tanah yang retak. Alhasil, jika hujan terjadi tanah tidak bergerak kembali.
Selain itu, tiga rumah terpaksa dipasang garis polisi karena kondisinya sudah mengalami kerusakan parah. Rumah yang masuk kategori parah itu, mengalami retak dan miring hingga 45 derajat, sehingga dikhawatirkan akan ambruk.
Kepala Desa Setiawaras, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya Asep Gusnawan mengatakan, kejadian tersebut sudah berlangsung sejak bulan Februari lalu.
Menurutnya, pergerakan tanah itu terjadi lebih parah saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut, sekitar tiga hari yang lalu.
Curah Hujan Cukup Tinggi
“Ini diakibatkan curah hujan yang cukup tinggi di awal Februari sudah terjadi pergerakan yang cukup signifikan, sebanyak 122 rumah mengalami kerusakan cukup parah, tiga diantaranya tidak layak huni,” kata Asep, Senin (1/3/2021).
Dikatakan Asep, warga yang rumahnya rusak parah terpaksa dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
“Kebanyakan, korban pergerakan tanah disini merupakan warga yang lanjut usia dan kemarin di sarankan untuk di evakuasi kepada keluarga dekatnya,” terangnya.
Pihaknya berharap ada kepastian dari pihak pemerintah setempat terkait relokasi warga yang rumahnya sudah hancur.
“Hingga saat ini, belum ada kepastian dari pihak terkait, terutama pada pemilik rumah yang mengalami kerusakan parah. Kami mohon ada kejelasan dan kepastian kepada warga yang terdampak,” harapnya.
Terpisah, salah seorang warga setempat Ee Supriadi (50) mengaku kebingungan.
Pasalnya, pihak terkait hanya melarang ditempati tanpa memberikan solusi kepada warga yang terdampak.
Warga pun kebingungan sampai kapan rumahnya dilarang ditempati, karena tidak ada tempat khusus yang disediakan pemerintah untuk para korban.
“Kami dari warga jangan hanya di garis saja, tapi ada tindak lanjut kapan berapa hari atau berapa bulan. Rumah ini sekarang dikosongkan demi keamanan saja, apabila terjadi hujan warga takut ambruk,” jelas Ee.
Hingga kini, warga masih menunggu hasil kajian dari badan geologi dan geofisika terkait hasil penelitian layak atau tidaknya tempat tersebut untuk ditempati.