Qurban Sistem Arisan, Wabah PMK Tidak Mempengaruhi Minat Berqurban

Tenteng Jerami
Sapi ternak di pusat peternakann terpadu Dinas Peternakan Ciamis.

Regional, CIAMIS, Sakata.id: Meski saat ini tengah merebak wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) terhadap ternak sapi, domba dan kambing, namun tidak menyurutkan ummat muslim untuk melaksanakan qurban hewan sapi. Terlebih bagi warga yang mengikuti qurban sistem arisan.

Seperti dikatakan Ujang Dedi (52), Ketua DKM Mesjid Miftahul Fallah Alazzijiah SUkahaji Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Kata dia, wabah penyakit yang menimpa ternak sapi bukan satu kekhawatiran bagi warga di DKM nya untuk mengundurkan niatan pelaksanaan Qurban.

Bacaan Lainnya

“Kami yakin, saat pelaksanaan Idul Adha nanti, kami bisa mendapatkan sapi yang sehat sehingga agenda pemotongan sapi untuk qurban tetap bisa dilaksanakan,” ungkapnya.

Masalah wabah tersebut tentunya, sambung Ujang, menjadi tanggung jawab si penjual atau bandar-bandar sapi. Warga selaku pembeli tidak ikut dipusingkan dengan masalah virus tersebut.

“Masalah virus mah itu tanggung jawab penjual sapi. Tentunya, untuk pelaksanaan qurban tidak akan mungkin penjual berani menjual sapi-sapi yang berpenyakit. Selain akan merusak reputasi si penjual, tenntunya bakal mengurangi nilai ibadah dia sendiri seandainya menjual sapi-sapi sakit,” kata Ujang.

Ujang mengungkapkan, dirinya selaku ketua panitia qurban tentunya tidak sembrono dalam memilih dan membeli sapi untuk kurban. Terlebih, dengan system arisan, ada amanah yang dia emban dari warga yang selama satu tahun menabung untuk bisa ikut pelaksanaan kurban.

“Kita mengumpulkan dana per bulan untuk pelaksanaan qurban sistem arisan. Dan ini telah berlangsung lama. Jadi kami sebagai panitia telah memiliki langganan tetap penjual hewan kurban,” kata dia.

Walaupun sapi lokal, dirinya masih percaya jika sapi yang dikirim bbandar adalah sapi yang sehat. Apalagi dirinya sudah melanggan sudah hampir 10 tahun.

Hal senada dikatakan Emus Mustaqim Punduh di Desa Naggewer Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya. Di wilayah Nanggewer, aku Emus, terdapat peternakan sapi lokal untuk kebutuhan sapi potong terlebih untuk pelaksanaan idul qurban.

“Saya tahu sendiri sapi-sapi dari wilayah sini sapi lokal yang sehat-sehat. Karena selain rutin diperiksa oleh petugas dari BPP juga warga di sini selalu memberi hewan ternaknya dengan ramuan-ramuan tradisional yang mampu mencegah terkenanya berbagai wabah penyakit,” beber dia.**

Menurutnya, munculnya penyakit kuku dan mulut pada sapi berasal dari sapi-sapi yang didatangkan dari jawa kemudian menular ke sapi-sapi local.

“Makanya para peternak di sini jarang yang mendatangkan sapi dari luar. Mereka beternak sejak turun temurun sehingga terjada kesehatannya,” jelas dia . (dede)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *