Internasional, SAKATA.ID: Sudah genap satu tahun invasi Rusia ke Ukraina, terhitung sejak 24 Februari 2022 lalu. Hingga kini, belum ada tanda perang akan berakhir damai.
Rusia menginvasi Ukraina dimulai pada pagi hari (5:00 EET, 10:00 WIB), ketika itu Presiden Vladimir Putin mengumumkan ‘operasi militer khusus’ untuk ‘demiliterisasi dan denazifikasi’ Ukraina.
Beberapa menit kemudian, Rusia meluncurkan serangan rudal dan udara di seluruh Ukraina, termasuk di ibu kota Kyiv, disertai invasi darat skala besar.
Lalu Presiden Ukraina, Zelensky memberlakukan darurat militer. Ia juga melakukan mobilisasi umum semua penduduk laki-laki usia 18–60, yang tidak diperbolehkan untuk meninggalkan negara.
Mula-mula, Rusia melancarkan serangannya melalui front utara dari Belarus ke Kyiv, front barat laut menuju Kharkiv, front selatan dari Krimea, dan front tenggara dari kota Luhansk serta Donetsk.
Sampai sekarang, pertempuran masih terjadi. Bahkan semakin sengit di wilayah Ukraina timur. Pasukan Rusia sedang berusaha untuk menguasai Bakhmut. Hanya saja, penguasaan berjalan alot lantaran pasukan Ukraina terus melawan.
Lalu kapan perang kedua negara Skandinavia ini. Sejumlah pihak tidak bisa memastikan kapan perang berakhir. Namun, sejumlah pengamat menilai perang mungkin selesai dengan keadaan tertentu.
Invasi Rusia mendapat banyak kritik internasional seperti dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Organisasi Internasional ini telah mengesahkan resolusi yang mengkritik invasi serta menuntut pemunduran penuh pasukan militer Rusia.
Dari Mahkamah Internasional juga meminta Rusia untuk menghentikan operasi-operasi militer, serta Majelis Eropa yang mengeluarkan Rusia.
Banyak negara menetapkan sanksi terhadap negara Beruang Putih itu. Hingga memengaruhi keadaan ekonomi Rusia dan dunia.
Sudah Satu Tahun Invasi Rusia, Begini Pandangan Pengamat
Kondisi seperti apa agar Rusia menghentikan invasinya di Ukraina?
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Airlangga (Unair) Radityo Dharmaputro menyebut ada beberapa upaya yang bisa mengakhiri perang di sana.
Seperti dilakukannya negosiasi. Namun akan berhasil jika Ukraina mampu memukul mundur Rusia.
Ukraina harus diberi senjata dari Barat, terutama tank, sehingga ada kondisi yang bisa membuat Rusia dipukul mundur.
Belakangan, sejumlah negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Jerman sudah menyatakan bakal mengirim tank ke Ukraina.
Namun, rupanya Rusia akan menolak mundur pasalnya cara ini bisa membuat malu pemerintah Rusia karena bisa memicu gejolak domestik.
Sementara itu, pengamat Pusat Studi Strategis dan Internasional atau CSIS Waffaa Kharisma menilai Skenario lain.
Menurutnya, ada skenario yang mungkin bisa mengakhiri perang yakni Putin tak lagi menjadi presiden Rusia.
Apabila Putin beserta jajarannya tetap bercokol di Kremlin maka perang terus berkobar.
Bahkan saat ini masih ada informasi Rusia tengah kampanye militer dan mempersiapkan perang besar.