Regional, CIAMIS: SMA Negeri 1 Kawali, Kabupaten Ciamis deklarasi sebagai sekolah toleransi dan anti hoaks di lingkungan Cabang Dinas Pendidikan (KCD) Wilayah XIII Jawa Barat.
Siswa diajarkan untuk bertoleransi dalam kegiatan sehari-hari, terutama di lingkungan sekolah.
Kepala SMA Negeri 1 Kawali, Beben Hemara menilai, pendidikan bertoleransi harus ditanamkan sejak dini, apalagi kepada remaja.
Kendati demikian, lanjutnya, pihak sekolah menyepakati untuk mendidik siswanya agar bisa mengenal dan melakukan segala bentuk kegiatan dengan cara bertoleransi.
“Kami pun mendeklarasikan SMA ini, sebagai sekolah toleransi dan anti berita bohong atau hoaks,” kata Beben.
Ia mengungkapkan, SMAN 1 Kawali memiliki beberapa dasar dari harapan para guru untuk melahirkan generasi emas yang unggul, salah satunya dengan paham toleransi.
Para guru di sini mendeklarasikan sekolah toleransi dan anti hoaks dengan beberapa dasar.
Yang pertama, kata Beben, guru mengajarkan siswa cara bertoleransi sesuai landasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
“Tentu saja. Supaya mampu menciptakan rasa damai. Rasa nyaman dan tentram bagi seluruh komponen sekolah,” kata Beben.
Kemudian, pihak guru dalam mendidik siswanya mencermati atau menolak segala bentuk berita bohong. Diketahui, dampak hoaks menimbulkan rasa kebencian, permusuhan berlatar belakang suku, agama, Ras, antar golongan (SARA).
Di sekolah toleransi dan anti hoaks juga guru-guru mengajarkan siswa agar mampu meningkatkan kemampuan literasi dan pembelajarannya.
Adapun poin pendidikan lainnya, peserta didik di SMA Negeri 1 Kawali memberikan pembelajaran untuk meningkatkan sikap tanggap terhadap lingkungan sosial masyarakat.
“Anak didik pun diajarkan untuk meningkatkan sikap dan pola hidup sehat. Yakni dengan menjauhi minuman keras, narkoba, dan pergaulan bebas,” ujarnya.
Terakhir, Beben membeberkan, pembelajaran di sekolah toleransi dan anti hoaks ini mengajak anak-anak agar mau bersama-sama dengan masyarakat untuk berperan aktif menyebar sikap toleransi.
“Berperan aktif dalam kampanye penggunaan media sosial secara bijak agar bisa menciptakan wilayah di Jawa Barat juara,” ujar Beben.
Intinya, tegas dia, sekolah toleransi adalah sekolah yang memiliki sikap toleran pada perbedaan.
“Baik perbedaan SARA dan perbedaan lainnya. Agar siswa bisa menciptakan keamanan, kenyamanan, dan kedamaian,” kata Beben.
Kepala KCD Wilayah XIII Jawa Barat, Hendra mengatakan, dengan dekarasi ini maka siswa bakal mengingat bagaimana menjaga toleransi.
“Minimal di lingkungan sekolah terlebih dahulu. Kemudian bisa diterapkan di masyarakat, siswa harus bisa mengajak masyarakat menjaga toleransi,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jabar Dedi Supandi menjelaskan, deklarasi sekolah toleransi adalah salah satu pembentukan karakter siswa.
Menurutnya, membentuk siswa agar memiliki jiwa nasionalisme salah satu fokusnya adalah menangkal isu intoleransi.
Dedi menegaskan, usia pelajar ini adalah sangat rentan dimasuki isu intoleransi. Maka harus ditanamkan dari sekarang soal toleransi.