Regional, TASIKMALAYA : Sekelompok anak muda penggiat literasi yang menamakan dirinya ‘Teduhi Tasik’ menyelenggarakan peringatan 16 tahun kematian aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib.
Acara digelar di sebuah kedai bernama Waroeng Dialog Kopi yang terletak di pinggir sawah di sudut Kota Tasikmalaya, tepatnya di Mekarjaya Kelurahan Cilamajang, Kecamatan Kawalu.
Salah satu panitia acara, Lukman Nulhakim mengatakan bahwa tujuan diadakannya acara ini adalah sebagai trigger pergerakan kepemudaan menuju arah yang positif.
Menurutnya, sosok Munir dijadikan inspirasi. Kegigihannya dalam memperjuangkan kebenaran harus dicontoh anak muda.
Meskipun, katanya, 16 tahun yang lalu tepatnya pada 7 September 2004 Munir tewas dibunuh di pesawat dalam perjalanan ke Belanda.
Tetapi ruh perjuangannya harus tetap menyala.
Perjuangkan Orang Tertindas
Di acara yang diselenggarakan Teduhi Tasik menghadirkan beberapa pembicara yakni, Budayawan Tasikmalaya Kang Tatang Pahat.
Dia memberikan pemaparan bagaimana seorang Munir konsisten memperjuangkan orang-orang yang tertindas. Ia berharap kasus pembunuhan Munir segera diselesaikan dan mengungkap siapa dalangnya.
“Spiritnya yang harus kita ambil, Munir harus menjadi teladan generasi muda,” katanya.
Selain Kang Tatang, dihadirkan juga pembicara lain dari Jurnalis, Tiko Heryanto.
Dalam dialognya, Tiko mengatakan, jumlah pemuda di Indonesia yang besar di abad ini apakah akan menjadi bonus atau menjadi bencana.
Dengan melaksanakan kegiatan mengenang Munir itu sebagai tanggung jawab moril dan keberpihakan pemuda pada kebenaran. Meskipun tidak berdampak besar bagi pembangunan namun setidaknya Teduhi Tasik sudah berbuat.
“Saya berharap acara-acara diskusi seperti ini rutin diselenggarakan, mengangkat tema-tema aktual sehingga pemuda bisa bermanfaat untuk lingkungan sosialnya,” ucap Tiko.
Puluhan anak muda yang hadir terlihat begitu antusias mengikuti acara sampai selesai. Mereka berharap keadilan bisa terus ditegakkan.
Fikri dikriansyah aktivis HMI sebagai moderator mengatakan bahwa acara ini harus rutin diselenggarakan sebagai sarana edukasi dan penambah wawasan generasi muda di tengah gempuran modernisasi.
“Inilah yang diharapkan dari pemuda. Bagaimana mereka bisa memetik hikmah juga menarik inspirasi dari setiap kejadian termasuk dari kasus pembunuhan aktivis HAM ini,” katanya.
Sehingga, katanya, semangat kepedulian Munir bisa diaplikasikan di tengah masyarakat.
Acara yang berlangsung sekitar tiga jam berlangsung lancar. Selain diskusi diisi juga live akustik serta pemutaran film dokumenter tentang Munir.
“Patut bersyukur. Di pelosok kampung nun jauh dari Ibu Kota api lilin penghormatan terhadap almarhum Munir menyala. Seiring masih menyalanya harapan kita tentang penuntasan kasusnya,” ujar H. M. Syabih Ashadi sebagai tokoh masyarakat di wilayah tempat diselenggarakannya acara tersebut.