Sosok, SAKATA.ID: Memebanggakan, UNESCO atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization menjadikan hari lahir dua pahlawan Indonesia sebagai perayaan Internasional.
Dalam Sidang Umum Ke-42 di Badan khusus PBB yang membidangi keilmuan, pendidikan, dan kebudayaan itu, yang berlangsung Desember 2023 lalu, menandai sebuah momen bersejarah bagi Indonesia.
Pasalnya, UNESCO memutuskan untuk menetapkan dua hari lahir tokoh nasional Indonesia sebagai Perayaan Internasional. Dua pahlawan tanah air yang itu adalag Ali Akbar Navis atau akrab disebut A.A. Navis dan Laksamana Keumalahayati.
Ali Akbar Navis, Sastrawan dari Sumatra Barat
Sastrawan kelahiran Padangpanjang, Sumatra Barat ini lahir pada 17 November 1924. Sebagai anak sulung dari 15 bersaudara, kehidupan dan karya-karyanya merangkum keberagaman dan kekayaan budaya Sumatra Barat.
Dengan ciri khasnya yang kaya akan nilai budaya lokal, AA Navis telah menorehkan jejak abadi dalam sejarah sastra Indonesia.
Bakat dan cinta Ali Akbar Navis terhadap karya sastra bermula dari kecil, ketika orang tuanya berlangganan majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat.
Kedua majalah ini menjadi jendela dunia literasi bagi Navis, khususnya melalui cerita pendek yang dipublikasikan di dalamnya. Sang ayah, St Marajo Sawiyah, mendukung hobi kecil Navis dengan memberikan uang untuk membeli buku bacaan.
Sang ayah, St Marajo Sawiyah, yang tahu anaknya senang membaca kemudian mendukung hobi Navis dengan memberikan uang untuk membeli buku bacaan.
Pertumbuhan minat A. A. Navis tidak hanya terbatas pada membaca, tetapi juga mencakup dunia menulis.
AKarirnya sebagai penulis dimulai di usia sekitar 30-an, ketika karya-karyanya mulai muncul di berbagai media massa, seperti Mimbar Indonesia, Budaya, Kisah, dan Roman. Saat itu, Navis tidak hanya mengeksplorasi karya fiksi, tetapi juga merambah ke tulisan nonfiksi.
Ketertarikannya terhadap masyarakat Minangkabau dan budaya di sekitarnya tercermin dalam karyanya.
Navis tidak hanya memilih tema-tema yang menggambarkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga menyelipkan nuansa budaya yang khas dari daerah asalnya.
Selain menulis cerpen, Navis juga mencurahkan ide-idenya dalam naskah sandiwara. Kreativitasnya merambah ke berbagai bentuk ekspresi sastra, dan novel-novelnya menjadi cerminan mendalam tentang kehidupan dan nilai-nilai yang dianutnya.
Kolaborasi Sastra Seorang Pahlawan Indonesia: Ali Akbar Navis dan Dukungan Istri dalam Karya Cemerlang
Di balik setiap karya gemilang, seringkali terdapat dukungan yang tak terlihat. Hal ini juga berlaku untuk Navis. Ia memiliki kisah kolaboratif bersama istrinya dalam proses menulis.
Sebagai seorang sastrawan, A. A. Navis menjadikan istrinya sebagai mitra yang setia dalam setiap tahapan penulisan. Ketika menciptakan sebuah cerita, istrinya hadir untuk memberikan dukungan.
Istrinya sering membaca setiap lembar karangan dengan penuh perhatian. Reaksi istrinya menjadi ukuran penting bagi Navis, menjadi refleksi apakah tulisannya mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.
Salah satu cerpen terkenal Navis, berjudul “Robohnya Surau Kami”, bukan hanya meraih ketenaran di tingkat nasional, tetapi juga membuka cakrawala baru dalam tradisi sastra Indonesia.
Karyanya itu menggambarkan kepekaan Navis terhadap realitas sosial, menciptakan narasi yang menggugah pemikiran dan menghadirkan sudut pandang baru dalam sastra Indonesia.
Lanjutan artikel: Keumalahayati: Laksamana Perempuan Pertama yang Menggetarkan Dunia