Internasional, SAKATA.ID: Beredar kabar adanya perilaku dari negara China yang membuang limbah dan kotoran manusia ke Laut China Selatan atau LCS.
Bahkan, perangai negara Tirai Bambu itu sudah terjadi selama bertahun-tahun. Hal itu diungkap Kepala perusahaan teknologi kecerdasan buatan untuk analisis citra satelit, Simularity Inc, LizzDerr seperti dikutip CNN, Selasa (13/7/2021).
Perusahaan itu melaporkan, kapal-kapal China membuang limbah dan kotoran manusia ke LCS sejak lima tahun lalu di wilayah Spartly.
Wilayah tersebut merupakan tempat kapal-kapal penangkap ikan China berlabuh.
Limbah dan kotoran manusia yang dibuang China ke LCS itu membuat kapal-kapal yang melintasi wilayah itu tak dapat bergerak.
Terumbu karang laut di sana pun rusak hingga menyebabkan penurunan stok di daerah lepas pantai yang merupakan sumber makanan utama kawasan itu.
Namun, ketika kabar tersebut diungkap ke publik, pejabat China tak segera menanggapi komentar soal kerusakan lingkungan di LCS.
Pihak Pemerintah China sebelumnya pernah mengklaim bahwa pihaknya sudah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi stok perikanan dan lingkungan di perairan LCS.
Klaim China Atas LCS
China bahkan terus mengklaim sebagian besar wilayah di LCS berdasar pada sembilan garis putus atau nine dash line. Bagi mereka, hal itu merujuk pada alasan historis.
Akibatnya, klaim sepihak China atas LCS itu bertabrakan dengan wilayah perairan sejumlah negara seperti Brunei, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam termasuk Indonesia.
Pada 2016 lalu, Pengadilan Arbitrase Persatuan Bangsa-Bangsa atau PBB menganggap klaim China di LCS tidak lah sah.
Tetapi, pemerintahan Presiden Xi Jinping tetap keukeuh atas klaimnya. Mereka terus membangun sejumlah instalasi militer pada beberapa pulau buatan yang dibuat negaranya di LCS.
China Klaim Pulau Natuna Indonesia
Sampai saat ini, Pulau Natuna selalu menjadi perbincangan. Apalagi, setelah kapal-kapal nelayan dan Coast Guard China masuk ke wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan Kepulauan Natuna, Sabtu (12/9/2020).
Masalahnya, Pemerintah Beijing terus mengklaim kalau kapal nelayan dan coast guard tak melanggar kedaulatan Indonesia.
Mereka tetap memakai dasar dari negaranya sendiri. Negeri Tirai Bambu mengklaim perairan Natuna masuk ke dalam sembilan garis putus-putus atau nine dash line itu.
Meski saat ini, secara geografis, Natuna berada di garis terdepan yang langsung berhadap-hadapan dengan beberapa negara tetangga.
Lokasi Natuna yang menjorok ke tengah Laut China Selatan yang membuat pulau ini rentan disengketakan.
Meski letaknya diapit oleh wilayah Malaysia, yaitu Semenanjung Malaya di Barat dan Sarawak di Pulau Bornoe Pulau Natuna tetap milik Indonesia.