Regional, CIAMIS: Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis telah menyusun strategi untuk meningkatkan Rasio Luas Ruang Kelas (RLS) di Tatar Galuh ini.
Pembelajaran yang berinteraksi langsung dengan alam nyata dan kehidupan sehari-hari (kontekstual learning) menjadi salah satu metode yang diterapkan Dinas Pendidikan Ciamis pada warga belajar di Pendidikan Kesetaraan Berbasis Masyarakat (PKBM).
Pengembangan lifeskill menjadi salah satu metode dari Kontekstual Learning ternyata lebih dibutuhkan dan diminati mayarakat saat belajar di pendidikan kesetaraan.
Tidak dipungkiri masalah klasik yang menjadi hambatan penuntasan wajib belajar 9 tahun dan peningkatan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), adalah mindsett masyarakat yang masih beranggapan kesejahteraan itu bisa didapat tanpa harus belajar di sekolah.
“Kami sudah meneliti, yang menjadi faktor warga droup out diantaranya mereka lebih memilih bekerja ketimbang melanjutkan pendidikan, merantau ke luar kota, dan bisa menghidupi keluarga,” kata Kepala Dinas Pendidikan Ciamis, DR. Asep Saeful Rahmat, Selasa (12/9/2023).
Karena hal itulah kata Asep, pendekatan kontekstual learning lebih pada pengembangan lifeskill, diterapkan di PKBM. Sehingga warga belajar terutama yang sudah berusia 25 tahun ke atas. Tidak jenuh, dan tidak formil sehingga mereka merdeka dalam belajar.
“Kemarin di Jambore Pendidikan Kesetaraan di Ciamis, dapat dilihat hasil-hasil pengembangan keterampilan warga belajar, ternyata banyak produk yang mereka hasilkan dan bernilai jual. Dua sasaran bisa kena sekaligus, peningkatan RLS dan peningkatan kesejahteraan,” kata Asep.
Asep menyebut, metode yang dikembangkannya itu terpadu dalam program unggulan Dinas Pendidikan Ciamis yang disebut Imas Gemmas.
Asep mengakui wajib belajar 9 tahun yang merupakan program warisan sejak Presiden Soeharto pada 2 Mei 1984 ini faktanya memang belum tercapai. Kendalanyapun klasik.
RLS Kabupaten Ciamis, Provinsi Jabar dan Nasional kata Asep masih di bawah 9 tahun. “Artinya cita-cita pemerintah belum tercapai. Kendalanya klasik, ada pada mindsett masyarakat itu sendiri,” kata dia.
Dengan program unggulan yang dikembangkan di Dinas Pendidikan Ciamis ini, angka RLS Ciamis pun kata Asep langsung meningkat.
Belajar dengan kontektual learning tidak akan terasa formil. Asep mencotohkan, jika belajar tentang ilmu pengetahuan alam, warga belajar bisa diajak ke kolam mempelajari tentang budidaya dan observasi anatomi pada ikan.
“Siswa bisa diajak keluar untuk observasi alam. Kemudian, nanti kami turut melibatkan SKPD terkait seperi Disnakan, DKUKMP ataupun Dinas Pertanian untuk fasilitasi pembelajaran,” paparnya.
Desa-desa juga kata Asep, nantinya bisa turut mengembangkan potensi wilayahnya sebagai efek dari pembelajaran kontekstual tersebut.
“Efeknya bisa menguatkan potensi daerah di desa untuk menghasilkan produk. Bumdes bisa bekerja sama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
RLS Masih Rendah
Sementara itu, diketahui RLS di Kabupaten Ciamis belum menjawab cita-cita lama sekolah pemerintah pusat. Asep berharap melalui kontekstual learning bisa turut mendongkrak angka RLS tersebut.
“Pendidikan berbasis keterampilan memang sangat masyarakat butuhkan untuk meningkatkan RLS khususnya di Ciamis,” katanya.
Padahal, lanjut Asep, jika masyarakat mempunyai kemauan untuk mengikuti pendidikan kesetaraan, hal ini akan turut membantu meningkatkan usia rata-rata sekolah di Kabupaten Ciamis.
“RLS kita baru mencapai 8,00 tahun, sementara Jawa Barat 8,6 tahun dan nasional 8,79,” tuturnya.
Asep menegaskan, bahwa adanya pendidikan kontekstual ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat serta meningkatkan rata-rata lama sekolah.
“Selain itu, kami juga ada program IMMAS GEMAS 25+, yang diikuti 32 PKBM dan 1 SKB dengan jumlah peserta sekira 1.020 orang,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk jumlah RLS pada saat ini sudah mencapai 8,00 dari target pada tahun 2024 tercapai 8,05 RLS.
“Semiga pada tahun yang akan datang target tersebut bisa tercapai bahkan melampaui,” katanya.
Asep juga berharap, tujuan dan cita-cita bersama pendidikan Kabupaten Ciamis semakin berkualitas lagi melalui partisipasi pembangunan pentahelix.
“Tentu dalam mewujudkannya kita perlu kolaborasi dengan prinsip pentahelix, untuk mewujudkan cita-cita bersama agar Ciamis lebih baik maju dan sejahtera,” tandasnya.