Nasional, Sakata.id: Plt Kepala Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kemenkes mengaku, bidan sangat berperan besar dalam pencapaian target penurunan angka kematian ibu dan bayi.
“Hal itu telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,” kata Plt Kepala BPPSDMK Kemenkes, Kirana Pritasari, di Jakarta, Selasa (25/5/2021).
Menurutnya, RPJMD tersebut bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Penurunan angka kematian ibu dan anak ini menjadi prioritas pembangunan kesehatan di Kemenkes.
Berdasarkan data BPPSDMK, Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia negara tertinggi kedua se-Asia Tenggara.
AKB Indonesia Tertinggi se-Asia Tenggara
Sementara itu, Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia di urutan kelima tertinggi se-Asia Tenggara.
Alhasil, akses pelayanan kesehatan telah bertransformasi luar biasa. Tentunya melihat kondisi tersebut menjadi keprihatinan.
“Ketika melihat dari data target penurunan angka kematian ibu di dalam RPJMN 2020-2024, diharapkan mencapai 183 per 10.000 kelahiran hidup,” kata dia.
Dengan adanya target ini, lanjut Kirana, diharapkan akan terjadi penurunan rata-rata per tahunnya sekitar 5,5 persen.
Selain itu, Kemenkes pun tengah berupaya mengurangi kematian neonatal dan peran bidan dalam hal ini sangat besar dalam mencapai target pembangunan tersebut.
Oleh karena itu, tenaga kesehatan khususnya bidan sangat memahami situasi tersebut serta dapat memahami pola yang sama penyebab dari kematian ibu dan bayi.
Akses Pelayanan Kesehatan Mengalami Peningkatan
Terlebih, pada masa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimulai di tahun 2014 lalu, akses pelayanan kesehatan mengalami peningkatan secara luar biasa.
Kontribusi bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak, memiliki peran yang sangat besar, terutama dalam merubah persepsi masyarakat.
“Merubah persepsi masyarakat dalam hal ini adalah melakukan persalinan di rumah menjadi di fasilitas pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Kemudian, bidan pun memudahkan akses bagi ibu untuk mendapatkan pertolongan persalinan. Karena para bidan dekat di hati, dekat secara fisik, geografis, dan memahami budaya setempat.
Lalu, berdasarkan sitem informasi milik Kemenkes, dari 10.279 puskesmas yang telah terdata sebanyak 202.308 bidan.
Dari data 2.955 rumah sakit pun terdapat 61.749 bidan yang telah bekerja. Hal tersebut menunjukan jumlah bidan banyak berperan terutama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
Kirana menuturkan, peran bidan tidak hanya dalam pelayanan primer kesehatan yang tercakup JKN.
“Peran bidan itu harus dekat dengan masyakat hingga di tingkat pedesaan bagi yang memiliki layanan mandiri. Kalau semuanya tercapai angka kematian pun semakin menurun,” tuturnya.
Dalam memberikan pelayanan secara langsung, peran serta bidan mengedukasi ibu dan keluarga serta masyarakat, dipatikan akan sangat sulit digantikan oleh tenaga kesehatan yang lain. (RS-02)