Politika, SAKATA.ID: Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Rakyat Demokratik (PRD), Petrus Hariyanto mengeluarkan kritik terhadap Budiman Sudjatmiko, setelah ia melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Pertemuan yang berlangsung di kediaman Prabowo, Kertanegara, Jakarta Selatan pada Selasa (18/7/2023) lalu. Kegiatan ini menimbulkan kontroversi di kalangan partai politik dan pengamat politik.
Petrus mengaku kecewa terhadap Budiman Sudjatmiko. Ia menilai, Politisi PDI Perjuangan (PDIP) itu seolah memperlihatkan dukungannya untuk Prabowo Subianto, yang juga sebagai Ketua Umum Gerindra di Pilpres 2024.
Petrus juga manilai Budiman Sudjatmiko yang dahulu sempat menjadi Ketua Umum PRD itu telah mengkhianati perjuangan kawan-kawannya.
Dia menyebut, Budiman yang pernah menjadi Aktivis pada 1998 iti lupa terhadap sejarah. Terutama pada kasus penculikan aktivis reformasi oleh Tim Mawar Kopassus.
Padahal, ketika itu Tim Mawar tersebut ada di bawah tanggung jawab Prabowo Subianto.
“Apa yang dilakukan oleh kawan kami, Budiman Sudjatmiko. Sungguh langkah yang membuat kami kecewa,” ujar dia dalam gelaran diskusi di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Bahkan, ia juga mengaku menjadi bagian dari gerakan yang ingin melupakan sejarah masa lalu. Impunitas akan terus langgeng.
Petrus menegaskan, ia bersama mantan aktivis PRD lainnya ingin semua kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang terjadi menjelang reformasi 1998 diusut hingga tuntas.
Termasuk, lanjut Petrus, kasus penculikan yang menimpa aktivis PRD, yang sampai saat ini belum ditemukan.
Dirinya berpendapat, apabila kasus-kasus HAM pada masa lalu itu tidak diselesaikan, maka kejadian serupa berpotensi terulang kembali.
Ia menyampaikan, penyelesaian masa lalu itu bukan soal balas dendam. Namun, utangnya pada masa depan.
Menurut Petrus, apabila ini tidak terselesaikan maka, ia khawatir bangsa ini akan selalu mengulang. Pasalnya, secara historis peristiwa pengulangan atau periodisasi pelanggaran HAM itu tidak terjadi pada satu masa.
“Tetapi, terus berulang, karena tidak pernah diselesaikan oleh bangsa ini,” imbuh dia.
Petrus sendiri pernah dipenjarakan saat Orde Baru lantaran dituding menjadi dalang peristiwa Kudatuli 1996.
Pihaknya juga mengaku sedih melihat Prabowo Subianto tetap bisa menjadi Menteri Pertahanan bahkan bisa berkontestasi di Pilpres mendatang.
Kondisi ini, menurut mantan Sekjen PRD ini, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sangat permisif terhadap para pelaku pelanggaran HAM.
Hari ini, tegas Petrus, Prabowo mempunyai potensi menjadi Presiden. Ia mengaku sedih. Ia pun ingin menyumbangkan tenaga bahwa ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada proses perlawanan.