Regional, GARUT:- Proyek jalan beton di daerah Cinangsi Desa Toblong Kecamatan Pendeuy Kabupaten Garut Jawa Barat diprotes warga. Warga menilai ada beberapa hal yang menurut mereka betonisasi jalan dikerjakan asal-asalan oleh rekanan.
Warga setempat bersama warga di Desa Maroko dan Cibalong mendatangi Dinas PUPR Garut untuk menyampaikan keluhan mereka terkait pengerjaan proyek jalan beton tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat Otang mengatakan, warga bersama tokoh masyarakat telah mendatangi Dinas PUPR, dan memberikan catatan, diantaranya adanya mobil molen yang sebenarnya di lokasi tidak difungsikan atau diduga sebatas formalitas saja serta masalah-masalah lain.
“Batching plant, juga mobil molen, dijadikan tampilan saja, padahal semua itu gak difungsikan, Faktanya pengerjaan, hanya menggunakan mobil molen kecil,” ujar Otang Tokoh Masyarakat Maroko, Rabu (2/9/2020) di Dinas PUPR Garut.
Warga berharap Dinas PUPR bisa menentukan perusahaan yang benar-benar bonafid dalam mengerjakan proyek lelang. Warga kata Otang tidak ada masalah perusahaan itu lokal atau luar Garut, yang terpenting bagi warga perusahaan itu mampu melakukan pekerjaannya secara baik dan profesional.
Otang memberikan gambaran kasat mata dari kualitas proyek jalan beton di Garut itu. Salah satunya terlihat rapuh kendati hanya dilalui kendaraan roda dua atau motor. “Jangankan kendaraan berat dengan tonase, dilewati motor saja sudah rapuh, kelihatan kok,” kata Otang.
Pihaknya meminta agar Pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas PUPR segera memberikan tindakan tegas, jika perlu memutus kontrak dengan rekanan tersebut. Bagaimanapun perbaikan jalan yang bagus di daerah itu ditunggu masyarakat setelah 17 tahun lamanya.
Inspektorat, TP4D, juga juga diminta mengevaluasi pelakyanaan proyek jalan beton tersebut.
“Kami juga akan menyusun laporan evaluasi proyek jalan ini ke BPKP dan BPK RI,” kata Otang.
Penutupan Jalan, Proyek Jalan Beton Disoal
Dari sisi lain selama proses pengerjaan, Otang juga menyesalkan teknis penutupan jalan secara total, sehingga mengambat aksebilitas masyarakat, termasuk aksebilitas perekonomin hasil bumi dan hutan.
“Dari penutupan jalan itu juga, ada pemungutan yang dilakukan oknum masyarakat dimana pengguna yang akan lewat porta diminta Rp2 ribu, ini jelas berdampak memicu ketegangan antar masyarkat sekitar,” kata Otang.
Yang paling fatal, dari penutupan jalan tersebut harga jasa angkutan ojeg dari semula Rp10 ribu menjadi Rp70 ribu. Karena kendaraan roda empat tidak bisa masuk.
Otang meminta pihak kepolisian bisa turun tangan untuk menertibkan ‘pak ogah’ yang berada di portal penutupan jalan dalam proyek jalan beton tersebut.*(Robi Taufik Akbar/Sakata.id)