SAKATA.ID:- Santri Ciamis yang pulang ziarah dari Suyalaya Tasikmalaya, tiba-tiba didatangi sekelompok remaja berpenampilan funk di perempatan Jalan Jendral Sudirman Alun-alun Ciamis.
Sekelompok remaja tersebut mlakukan pemalakan dengan meminta uang bahkan sarung yang dikenakan santri. Karena tidak menerima, santri melakukan perlawanan.
Mendapat perlawanan, sekelompok remaja itu mengeluarkan senjata tajam dan melakukan penyerangan. Beberapa santri mengalami luka-luka di bagian punggung dan lengan. Setelah menganiaya dan melukai sekelompok remaja itu pun kabur.
BACA JUGA: Polsek Manonjaya Bagikan 65 Paket Sembako pada Warga Miskin
Peristiwa ini diceritakan oleh Kasatkorcab Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU Ciamis, Abdul Yasir. Dikatakan Yasir, peristiwa pemalakan dan penyerangan terhadap santri itu terjadi pada Kamis (23/7/2020) malam selepas isya sekitar pukul 19.30 WIB.
Kata Yasir, remaja itu meminta uang dan sarung. Tak terima dipalak, santri melakukan perlawanan. Namun sekelompok remaja itu menyerang dengan menggunakan senjata tajam.
Beberapa orang santri terluka cukup parah di bagian punggung dan tangan akibat serangan dengan menggunakan senjata tajam tersebut.
“Kami mendapatkan laporan dan beberapa santri yang jadi korban sudah kami jenguk. Kami sangat menyayangkan terhadap kondisi ketidak amanan di Alun-alun Ciamis,” kata Abdul Yasir, Sabtu (25/7/2020).
Peristiwa tersebut jadi catatan Banser, terlebih lokasi kejadian berada di ruang publik pada jam yang masih ramai, dan tidak jauh dari Pos Polisi Alun-alun.
“Kalau jam segitu itu kan sebenarnya belum terlalu sepi. Remaja itu nekat sekali. Ini gangguan yang memberi ancaman buat masyarakat. Tidak ada jaminan keamanan di ruang publik, dimana di lokasi tersebut banyak warga yang menghabiskan waktu untuk sekadar jalan-jalan,” kata Yasir.
Banser NU Ciamis meminta petugas keamanan seperti Satpol PP dan Polisi, dalam melaksanakan pencegahan gangguan ketertiban umum, tidak formalitas. Hal tersebut agar masyarakat mendapatkan jaminan keamanan saat beraktifitas di ruang publik.
“Kejadian serupa tidak boleh terulang di ruang publik bahkan di wilayah manapun di Ciamis. Kenyamanan masyarakat harus dijamin oleh aparat keamanan. Pencegahan kriminalitas atau kejahatan harus lebih optimal. Kalau pemalakan dengan kekerasan terjadi di Ciamis ini pertanda penerapan keamnan sudah rapuh,” kata dia.
Kendati peristiwa terjadi pada hari Kamis, namun pada hari Sabtu, Banser NU mengawal beberapa santri yang mengalami serangan senjata tajam di wilayah Alun-alun Ciamis.
“Kami mengawal mereka untuk laporan ke Polisi, dan kami berharap Polisi memprosesnya. Kedepan harus bisa melakukan pencegahan kejahatan lebih baik lagi. Sehingga ada kenyamanan bagi masyarakat saat beraktifitas di ruang publik,” kata Yasir. (S-02)*