Politika, SAKATA.ID: Cawapres nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka dihadapkan pada gelombang penolakan yang cukup keras setelah munculnya sejumlah spanduk di berbagai wilayah di Madura dan Jawa Timur.
Terpasang sejumlah spanduk yang menyuarakan ketidaksetujuan terhadap perbuatan dari putra sulung Joko Widodo itu.
Spanduk-spanduk tersebut memiliki narasi yang mengecam Gibran, dengan klaim bahwa merendahkan cawapres nomor urut 03, Mahfud MD, seolah-olah menghina seluruh masyarakat Madura.
Belum diketahui siapa pemasang spanduk maupun baliho tersebut, namun narasi penolakan Gibran di Madura dan Jawa Timur cukup viral.
Spanduk-spanduk tersebut tersebar di beberapa wilayah, seperti di Bangkalan Madura, Kota Malang, dan di Kabupaten Jember.
Narasi dalam spanduk tersebut beragam, namun menuju kepada satu pernyataan yakni menolak Gibran karena perbuatannya yang dinilai miskin etika. Diduga itu terkait dengan sikapnya saat melakoni debat cawapres dengan Mahfud MD.
Perdebatan cawapres antara Gibran Rakabuming dan Mahfud MD tampaknya menjadi pemicu utama penolakan ini.
Sejumlah masyarakat Madura dan sekitarnya mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap sikap Gibran yang dianggap merendahkan Mahfud MD, menciptakan gelombang penolakan yang tersebar melalui spanduk-spanduk tersebut.
“Gibran tengate cong! Menghina Mahfud berarti menghona kita semua,” tulis dalam salah satu spanduk.
Sutomo, seorang warga setempat, dengan tegas menyampaikan pesan kepada Gibran, bahwa Gibran, tidak usah mencari orang di balik pemasangan spanduk ini.
“Ini adalah suara kami, kalau kalian tangkap orang kami maka kami akan lawan,” kata dia dikutip dari Vivacoid pada Jumat (26/1/2024).
Ia menegaskan bahwa spanduk tersebut merupakan media warga Madura dan sekitarnya untuk menyampaikan ketidaksetujuan dan kekecewaan terhadap perlakuan Gibran dalam debat cawapres sebelumnya.
Beberapa di antara mereka menyatakan bahwa sikap Gibran di debat tersebut dinilai merendahkan Mahfud MD, dan spanduk menjadi cara efektif untuk menyuarakan protes mereka.
Penolakan ini menciptakan atmosfer ketegangan di Madura, di mana warga menunjukkan keseriusan mereka dalam menyampaikan pesan ketidakpuasan terhadap Gibran.