Nasional, SAKATA.ID: Tren baru mulai terlihat dalam persiapan menuju Pemilu 2024, salah satu perubahan paling mencolok adalah dominasi pemilih dari kalangan milenial dan Generasi Z (Gen Z).
Mengutip dari CNN, Pew Research Center mengungkapkan bahwa istilah milenial atau Generasi Y mengacu pada siapa pun yang lahir antara 1981 dan 1996. Sementara, untuk Gen Z mengacu pada orang yang lahir pada periode 1997 hingga 2012.
Partisipasi mereka dalam proses politik di Pemilu 2024 akan membawa perubahan mendasar.
Dalam beberapa tahun terakhir, dua generasi ini telah menunjukkan komitmen mereka untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan sosial dan politik di negara ini.
Menurut data daftar pemilih tetap (DPT) dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daftar Pemilih Tetap (DPT), ada 113 juta pemilih atau 56,45 persen dari kelompok milenial dan Gen Z.
Apabila dirinci, jumlah Generasi Milenial sebanyak 66,8 juta sementara Gen Z sebesar 46,8 juta.
Ini menunjukkan pergeseran besar dari masa-masa sebelumnya di mana pemilih dari generasi yang lebih tua mendominasi proses pemilihan.
Pada Pemilu 2024, generasi muda sangat berarti dalam menentukan calon pemimpin mendatang.
Mereka bukan hanya sekadar pemilih pasif, tetapi juga pengamat kritis terhadap platform dan janji-janji kandidat.
Daei hasil survei, kaum milenial dan gen Z ini sangat peduli dengan isu korupsi, lingkungan, serta kesejahteraan.
Bagi mereka, pengalaman memimpin kandidat presiden jadi indikator penting. Namun, bagi generasi ini, kemampuan retorika calon pemimpin berada di nomor sekian.
Tren Pemilih dalam Melihat Calon Pemimpin di Pemilu 2024
Dari survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang dilakukan Agustus 2022 lalu, menyatakan bahwa karakter calon pemimpin di 2024 di mata anak muda mengalami perubahan dibanding pada 2019 lalu.
Survei CSIS melibatkan 1.200 responden yang berusia 15 hingga 39 tahun di 34 provinsi.
Dalam survei tersebut, ada beberapa variabel yang menjadi fokus survei. Di antaranya karakter calon presiden (Capres), kompetensi Capres, isu strategis dan sumber informasi.
Mengutip hasil riset CSIS, pada 2022, anak muda cenderung menyukai calon presiden dengan karakter jujur dan antikorupsi. Presentasenya mencapai 34,8 persen, padahal di 2019, karakter ini hanya 11,1 persen.
Bahwa pemimpin yang jujur atau tidak korupsi diminati dan dibutuhkan pemilih muda dalam Pemilu 2024 nanti.
Fenomena itu pun sejalan dengan penurunan tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga antirasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dalam hasil survei tersebut, anak-anak muda sangat percaya bahwa demokrasi adalah sistem terbaik. Maka atas dasar itu, mereka begitu peduli dengan pemberantasan korupsi demi keoptimalan demokrasi.
Dibanding lima tahun yang lalu, saat Joko Widodo (Jokowi) memenangkan kontestasi Pilpres, anak-anak muda ketika itu memang cenderung menyukai Capres dengan karakter merakyat dan sederhana.
Presentasenya pun mencapai 39,2 persen, angka ini lebih tinggi dari karakter jujur antikorupsi di 2022.
Pergeseran ini diasumsikan terjadi lantaran meningkatnya ketertarikan anak muda pada isu-isu korupsi serta kebutuhan untuk mengedepankan agenda-agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi di masa mendatang.