Memaknai Hari Pahlawan Tak Cukup dengan Kegiatan Seremonial

Hari Pahlawan
Ketua Repdem Kota Tasikmalaya Agus Nurdin/Ist

Regional, TASIKMALAYA: Memaknai peringatan Hari Pahlawan 10 November tidak cukup dengan kegiatan formal dan seremonial saja.

Tetapi dengan meneladani semangat juang para pahlawan yang berperang mengusir penjajah dari Tanah Air.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut diungkapkan Agus Nurdin selaku Ketua Repdem Kota Tasikmalaya, pada diskusi terbatas mengangkat nilai-nilai luhur pahlawan, Kamis (10/11/2022) malam di Kantor Redaksi SAKATA.ID Tasikmalaya.

Nilai-nilai perjuangan para pahlawan harus juga terpatri pada generasi masa kini. Dalam membangun kesadaran mengimplementasi nilai-nilai luhur pahwalan dalam keseharian.

Agus meyakini, nilai luhur pahlawan ini mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Serta dapat meningkatkan rasa kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Salah satu nilai luhur para pejuang yang harus tertanam di generasi muda adalah Patriotisme. Agus menilai, Patriotisme ini bisa diterapkan masyarakat sekarang. Sesuai dengan keahlian dan posisinya masing-masing.

Ia menilai, semua yang dimiliki harus bisa bermanfaat untuk bangsa dan negara, tidak digunakan untuk memecah belah bangsa.

Pahlawan Nasional asal Tasikmalaya

Agus mengungkapkan, Tasikmalaya memiliki tokoh yang menjadi pahlawan nasional. Salah satunya Ir. H. Djuanda Kartawidjaja yang lahir di Tasikmalaya pada 14 Januari 1911.

Sumbangan Djuanda terbesar adalah Deklarasi Djuanda pada tahun 1957. Pada deklarasi ini menyatakan, laut Indonesia termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia. Menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Disebutlah sebagai negara kepulauan.

Itu tertuang dalam konvensi hukum laut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS).

Nama Djuanda dikenang dan dijadikan nama Bandar Udara di Surabaya. Ia wafat apda 7 November 1963, tiga hari sebelum peringatan Hari Pahlawan.

“Kenapa saya lebih teringat Djuanda. Karena beliau wafat pada 7 November 1963. Tiga hari sebelum Hari Pahlawan Nasional yang jatuh pada 10 November,” ujar Agus.

“Juga baru-baru ini. Kita sedang bersitegang dengan Australia atas klaim Pulau Pasir. Nah ini mengingatkan pada Deklarasi Djuanda yang tertuang dalam Hukum Laut (Unclos). Yang paling sederhana, fotonya ada di dalam lembaran uang 50 ribuan,” kata Agus.

Ia mengungkapkan, yang diteladani dari Djuanda adalah semangat mengemban ilmu dan mengamalkannya. Dengan keilmuannya itu Djuanda berbuat banyak hal yang berguna dan berjasa bagi bangsa dan negara.

“Kita pun bisa seperti itu, mengamalkan keilmuan masing-masing. Keahlian di bidangnya masing-masing, yang berguna dan bermanfaat untuk bangsa dan negara,” kata Agus Nurdin

Diketahui, penetapan Hari Pahlawan juga merujuk pada perang besar yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945. Perang tersebut berlangsung selama tiga minggu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *