Pelaku IKM Minyak Kelapa di Sukadana Ciamis Bingung Pasarkan Produknya

Kelapa di Sukadana Ciamis
Pelaku IKM Minyak Kelapa di Sukadana Ciamis/SAKATA.ID

Bisnis, CIAMIS: Pelaku Industri Kecil dan Menengah atau IKM minyak kelapa di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis kelimpungan mencari pasar.

Salah satu pelaku IKM yang merasakan susahnya pemasaran minyak kelapa adalah Ahan (70).

Bacaan Lainnya

Dia merupakan warga Dusun Bantarsari Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Sebenarnya Ahan sudah puluhan tahun tidak melakukan aktivitasnya untuk membuat minyak goreng yang terbuat dari buah Kelapa.

Saat ini, dia mencoba melakukan aktivitasnya membuat minyak goreng berbahan dasar buah Kelapa tersebut.

Menurut Ahan, puluhan tahun yang lalu sebelum ada minyak goreng, hasil olahan pabrik, masyarakat di sana hampir setiap rumah membuat minyak goreng dari buah Kelapa.

Kelapa yang mereka olah pun adalah hasil dari perkebunan sendiri.

Ahan mengaku, mulai membuat minyak kelapa sejak tahun 1970 yang lalu. Namun produksi dia berhenti pada tahun 2000.

Ia menuturkan, pada tahun 2000, perkembangan teknologi pembuatan minyak goreng semakin maju. Dilakukannya juga dk pabrik modern.

Karena itu, produksi minyak kelapa yang dilakukan secara tradisional oleh pelaku IKM di Sukadana, Kabupaten Ciamis mulai tergeser. Lantaran mereka kalah bersaing.

“Selain tergeser karena kalah bersaing oleh minyak goreng hasil produksi pabrikan, pada tahun 2000 itu bahan baku berupa buah Kelapa sulit kita dapatkan,” ucap Ahan.

Ahan menegaskan, karena sekarang harga minyak goreng (Sawit) harganya membubung tinggi dirinya pun kembali untuk memproduksi minyak kelapa.

Sudah tiga bulan dia membuat minyak kelapa. “Sejak tiga bulan yang lalu. Saya bersama anak. Kembali membuat minyak kelapa,” ungkap dia.

Ahan mengungkapkan, dalam pembuatan minyak kelapa yang ia lakukan itu masih menggunakan peralatan serba tradisional. Bahkan mayoritas di pelaku IKM minyak kelapa di Sukadana, Kabupaten Ciamis belum modern.

Dia mengaku, untuk meningkatkan produksinya membutuhkan peralatan yang sedikit modern. Misal, alat untuk mengepres Kelapa yang sudah diparut.

“Alat ini saja kami masih menggunakan tenaga manusia. Belum menggunakan mesin apapun,” terang dia.

Ahan menjelaskan, karena saat ini proses produksi minyak kelapa yang dilakukannya masih serba tradisional maka hasilnya pun kurang maksimal.

Dari 100 butir Kelapa, lanjut dia, dirinya hanya bisa menghasilkan rata-rata 11 Kilogram minyak. Itu pun dengan waktu proses pembuatan antara 2-3 jam.

Ahan menambahkan, selain ada kendala peralatan ia juga kesulitan untuk memasarkan hasil produksi Minyak Kelapanya.

“Pemasaran untuk minyak goreng dari kelapa. Yang saya hasilkan ini. Masih sulit. Kita masih bingung harus dijual kemana,” ungkap Ahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *