HUT PGRI ke 78, Guru Harus Berorientasi Pada Kesejahteraan Siswa

HUT Guru ke 78
Empat pembicara pada Talk Show HUT Guru ke 78, di Gedung KH. Irfan Hielmy Islamic Center Ciamis, Rabu (29/11/2023). Dari kiri ke kanan Ketua KPA Ciamis Andi Ali Fikri, Hendra Sukarman, MH., Dr.H.Tatang, dan Dr. H. Wawan S Arfien.

Regional, Ciamis, Sakata.id:- Pada malam resepsi HUT PGRI ke 78, ada pesan menohok untuk guru yang disampaikan mantan Ketua PGRI Ciamis, Dr. H. Wawan S Arifien, saat menjadi pembicara pada Talk Show Hut PGRI, Talk Show yang bertajuk Optimalisasi Pendidikan Karakter Bagi Warga Pendidikan, di Gedung KH. Irfan Hielmy Islamic Center Ciamis, Rabu (29/11/2023).

Wawan memparkan, salah satu kunci menguatkan pendidikan karakter ada pada orientasi guru dalam pengajaran di sekolah. Guru harus berorientasi pada Human Capital, tidak berkutat pada persoalan kesejahteraan pribadinya, tetapi juga berorientasi pada kesejahteraan siswa di masa depan.

Bacaan Lainnya

“Kalau guru masih berorientasi pada human resources, yang ada hanya mengutamakan hasil pada satu fase, pada saat itu saja. Kalau human capital, orientasinya pada nilai yang akan dihasilkan siswa masa yang akan datang, bukan nilai atau capaian saat ini,” kata Wawan.

Makanya, kata Wawan, guru baru harus merasa bangga ketika siswa yang pernah dia didik, lebih sukses dari gurunya, baik materil maupun moril. Karena pendidikan bukan industri yang hasil produksinya harus dirasakan saat ini juga, tetapi membangun manusia-manusia berkarakter dan berkualitas pada masa yang akan datang.

“Guru jangan hanya memikirkan kesejahteraan guru, tetapi juga kesejahteraan siswa di masa mendatang,” kata Wawan.

Sementara Sekda Ciamis yang juga mantan Ketua PGRI Kab. Ciamis, Dr. H. Tatang, memaparkan optimalisasi pendidikan karakter, jangan hanya ada dalam retorika dan wacana saja, tetapi harus diperkuat pada wilayah implementatif.

Pada wilayah implementatif guru menjadi contoh bagi anak didik. Guru ditiru dan digugu. Karena itu kata Tatang, guru harus tahu hal-hal apa saja yang sering ditiru anak dan faktor-faktor nya.

“Salah satu faktor yang ditiru anak adalah insting, bagaimana pembawaan. Kalau gurunya sering memperlihatkan yang tidak baik maka itu yang akan ditiru anak didik,” kata Tatang.

Selain faktor contoh dari guru, juga faktor lingkungan. Lingkungan kata Tatang, sangat memiliki pengaruh pada pendidikan karakter.   

Selain kedua mantan Ketua PGRI Kab. Ciamis, Talk Show tersebut juga mendatangkan pemateri dari LBH PGRI Kab Ciamis, akadmesi Fakultas Hukum Unigal Hendra Sukarman, MH, dan Ketua Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Ciamis, Andi Ali Fikri.

Hendra Sukarman mengatakan, permasalahan hukum yang menimpa guru, baik perdata maupun pidana, yang pernah diatasinya bersama PGRI Kab. Ciamis, jumlahnya relatif sedikit.

“Dari beberapa masalah itu sudah selesai, dan hanya nol koma nol persen saja guru yang bermasalah hukum baik perdata maupun pidana. Meminimalisir guru bermasalah dengan hukum, juga menjadi bagian dalam rangka memperkuat pendidikan karakter,” kata Hendra.

Beberapa faktor yang ditengarai, antara lain, guru menjadi punya urusan dengan hukum baik perdata maupun pidana, adalah masalah hutang yang tidak rasional.

“Jadi banyak yang memiliki hutang baik ke bank, BPR, leaseing atau lainnya, yang tidak diperhitungkan secara rasional, antara pendapatan gaji dengan cicilan hutangnya. Masalah ini juga bisa mempengaruhi pikiran atau fokus guru,” kata Hendra, seraya mencontohkan dirinya tidak memiliki hutang ke bank manapun.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *