Loka POM Tasikmalaya Temukan 13 Kuliner Berbahaya

Regional, TASIKMALAYA: Selama Ramadan 1442 H, Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) Tasikmalaya gencar melakukan oengawasan terhadap makanan takjil. 

Kepala Loka POM Tasikmalaya, Jawa Barat Jajat Setia Permana menjelaskan, pemeriksaan jajanan takjil itu dalam upaya intensifikasi pengawasan jajanan berbuka puasa.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, Loka POM Tasikmalaya melakukan pengawasan terpadu pangan takjil di beberapa tempat yang ada di Kota Tasikmalaya.

Ia mengungkapkan, sejak memasuki Ramadan 2021 ini, pihaknya beberapa kali turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan langsung.

Ia mengakui, pihak Loka POM Tasikmalaya mewaspadai 13 makanan yang mengandung bahan berbahaya. Dan diduga terkandung dalam jajanan takjil.

Penemuan itu, kata dia setelah pihak POM melakukan pengawasan di lima titik lokasi. Yaitu di lingkungan sekitar BRP. Dan Masjid Agung Kota Tasikmalaya.

Kemudian di lingkungan Alun-Alun Manonjaya dan Masjid Agung Kabupaten Tasikmalaya.

Pihaknya juga mengawasi tiga lokasi lain. Yakni Alun-Alun Banjar, Alun-Alun Kabupaten Ciamis, dan Alun-Alun Parigi, Pangandaran.

Dalam pengawasan tersebut POM mengambil sample jajanan takjil seperti mie, cilok, tahu, cendol dan lain sebagainya. 

“Kita lakukan pengawasan terhadap produk pangan yang beredar. Melakukan pengawasan terhadap jajan takjil,” kata Jajat.

Dia mengungkapkan, dari hasil pengawasan yang dilakukan terhadap 112 sarana di lima kabupaten/kota, hasilnya 40% memenuhi ketentuan dan 59% tidak memenuhi ketentuan.

Dia menambahkan, temuan paling banyak dari jajanan takjil adalah produk rusak, kedaluwarsa, dan tidak ada izin edar. 

Dari 153 sampel yang diperiksa POM, ada 13 yang mengandung bahan berbahaya. Seperti mie mengandung boraks.

Lalu makanan yang ditemukan berbahaya adalah Kolang-kaling dan cincau.

Kemudian, ada sekoteng yang mengandung formalin. Dan makanan lainnya mengandung perwarna yang dilarang. Seperti aromamin B ada di arum manis, jeli, dan corong eskrim.

“Rata-rata itu jajanan takjil. Setelah ditemukan, kita telusuri asalnya. Lalu kita lakukan pembinaan kepada pedagang untuk tidak menggunakan bahan-bahan itu,” tegasnya. 

Menurutnya, pemeriksaan rutin dalam setiap bulan kerap dilakukan secara acak. 

Namun, selama Ramadan pihaknya melakukan peningkatan pengawasan.

RS-03

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *