SAINS, SAKATA.ID:- Warna seringkali diidentikan dengan jenis kelamin. Misalnya sampai saat ini keterkaitan identitas warna pink untuk perempuan, dan biru untuk laki-laki. Sejak kapan itu terjadi ?.
Sebenarnya simboli warna pink lebih memiliki peristiwa sejarah untuk laki-laki. Ini terjadi pada masa sebelum Perang Dunia I. Saat itu banyak anak laki-laki yang menggunakan warna merah muda atau pink.
Pada abad 18, dari warna dasarnya merah, diartikan menjadi warna yang menyimbolkan kejantanan dan keberanian. Itu menguatkan warna ini sangat menyimbolkan kelelakian.
Anak laki-laki pada zaman tersebut banyak menggunakan warna pink yang menyemburatkan warna merah. Pada potret Pangeran Arthur pada 1850, tubuhnya diselimuti warna pink. Sedangkan warna biru pada zaman ini diidentikan sebagai warna perempuan.
Warna pink untuk perempuan menjadi polpuer gegara Ibu Negara Amerika Serikat Mamie Eisenhower pada tahun 1953-1961. Mamie sangat menyukai warna merah muda, pada pelantikan suaminya Dwight D Eisenhower menjadi Presiden Amerika Serikat 1953, Mamie memakai gaun pink dengan hiasa berlian imitasi.
Mamie juga mendekorasi ruangannya di istana dengan dominasi warna Pink, sehingga jurnalis di sana menyebut atau mengistilahkannya dengan Istana Pink, seperti dilansir Vince.
Warna Pink Untuk Perempuan Faktor Taktik Dagang
Sejarawan Jo Paolleti dari University of Maryland menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada warna simbolisme gender, sejak dia melakukan penelitian selama puluhan tahun sampai 1950. Tidak ada warna pink untuk perempuan.
Dia hanya menemukan baik bayi laki-laki maupun bayi perempuan menggunakan pakaian putih sampai usia enam tahunan. Seimbolisme warna pink menjadi warna perempun dan biru untuk pria, itu terbentuk oleh industri fesyen di abad 20, setelah Perang Dunia II.
Banyak atau dominasi penggunakan pakaian saat itu pink banyak dikenakan wanita dan biru laki-laki, tapi itu tidak serta merta disebut menjadi warna favorit.
Sosiolig dari universitas yang sama, Philip Cohen, simbolisme warna pink menjadi identik untuk peremuan bagian dari teknik marketin atau taktik pasar, dari industri fesyen.
Ada kesan yang dimunculkan untuk menidentitaskan gender dari warna. Nah, pink terbentuk untuk simbol wanita normal dan laki-laki warna biru. Sehingga dari aspek gender, ketika laki-laki menggunakan pakaian pink menimbulkan kesan tidak normal. Itu semua karena prespektif produksi dari taktik pemasaran massal.
Seorang psikolog Lois B Wexner pada tahun 1954 pernah meneliti keterkaitan warna dengan susana hati (mood) dan emosi. Warna merah (mati) mengandung kegairahan, dorongan energi untuk tergeraknya tindakan. Dalam psikologi warna ini menyimbolkan keberanian. Buruknya warna merah identik juga dengan kekerasan.
Jika merah sudah bercampur dengan putih dan menjadi warna pink, menjadi membawa rasa yang feminim, lembut, romansa dan peduli. Auranya memang mengarah kepada gender perempuan.*