3 Desember, Lahir Sang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution

Sosok, SAKATA.ID : Selain Soedirman dan Soeharto, Jenderal Besar bintang lima adalah Abdul Haris Nasution.

Dia merupakan tokoh militer yang berhasil lolos dari peristiwa maut Gerakan 30 September 1965.

Bacaan Lainnya

Jenderal A.H. Nasution juga terkenal sebagai penggagas strategi perang gerilya. Serta, ia merupakan militer yang juga menginisiasi lahirnya dwifungsi ABRI.

Tanggal 3 Desember ini, merupakan hari lahir Abdul Haris Nasution. Dia lahir pada tahun 1918, di Huta Pungkut, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Ia dibesarkan dalam keluarga tani yang taat beribadat. Dari pasangan Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis.

Ayah Jenderal Nasution merupakan anggota pergerakan Sarekat Islam di Kotanopan, Tapanuli Selatan.

Jenderal Nasution biasa disapa Pak Nas. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini sangat senang membaca cerita sejarah. 

Dia merupakan penulis buku yang aktif. Dan seorang pembaca buku yang baik.

Banyak buku sejarah yang dibacanya, mulai dari tentang Nabi Muhammad SAW sampai tentang perang kemerdekaan Belanda dan Prancis.

Istri Jenderal A.H. Nasution yakni Johanna Sunarti. Dia memiliki peran penting dalam penyelamatan Nasution dari pasukan Tjakrabirawa pada peristiwa G30S/PKI.

Namun sayangnya, putri A.H. Nasution, yaitu Ade Irma Nasution tewas. Menjadi korban keganasan Tjakrabirawa.

Pendidikan

Abdul Haris Nasution memulai pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Dia menamatkan HIS pada tahun 1932. 

Kemudian dia melanjutkan pendidikan menengahnya dan menyelesaikannya pada tahun 1935. 

Setelah itu, dia berangkat ke Yogyakarta. Di sana ia melanjutkan sekolahnya di sekolah guru. 

Pada tahun 1938, Ia meneruskan pendidikannya di Algemeene Middelbare School (AMS) bagian B di Jakarta. Berhasil lulus pada tahun 1938.

Setelah selesai menyelesaikan pendidikannya itu, Nasution menjadi guru di Bengkulu dan Palembang.

Pada masa menjadi guru itulah dia mulai dikenal dengan nama Pak Nas. Tetapi sayangnya, dia merasa kurang cocok bekerja menjadi seorang guru.

Terjun ke Militer

Maka dari itu, mulai tertarik dengan militer. A.H. Nasution mengikuti Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) KNIL atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Bandung.

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan militer, Nasution diangkat sebagai vaandrig atau pembantu letnan calon perwira.

Dia ditempatkan di Batalyon 3 Surabaya, berkedudukan di Kebalen. Dia mendapat tugas mempertahankan pelabuhan Tanjung Perak, pada saat perang dunia II terjadi.

Ketika 1942, Jepang menginvasi Indonesia. Sebagai abdi negara, Abdul Haris Nasution ikut bertempur melawan jepang di Surabaya. 

Lalu kemudian para pasukan yang bertempur bersamanya itu bubar.

Selanjutnya, A.H Nasution pergi ke Bandung. Ketika itu Jepang masih menduduki Indonesia.

Saat ke Bandung A. H. Nasution menjadi pegawai kotapraja.

Di samping itu, dia juga menjadi pemimpin Seinendan, hingga Jepang menyerah kepada Sekutu.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Nasution bersama mantan PETA membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Karier di Bidang Militer

5 Oktober 1945, dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dari sini lah awal mula kariernya di bidang militer.

Bulan Maret 1946, A. H. Nasution ditunjuk sebagai Panglima Divisi III/Priangan. Sudah semakin terlihat, karir militernya perlahan merangkak naik.

Kemudian, Mei 1946, Presiden Soekarno melantiknya sebagai Panglima Divisi Siliwangi.

Ia menyandang pangkat kolonel pada 1945-1948. Pada tahun 1948, A.H. Nasution diangkat menjadi Wakil Panglima Besar Angkatan perang Republik Indonesia.

Dua Kali Jadi KSAD

Abdul Haris Nasution juga salah satu jenderal yang pernah dua kali menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Di tanggal 10 Desember 1949 pengangkatan Abdul Haris Nasution menjadi KSAD pertama.

Ditetapkan dengan Surat Kementerian Pertahanan Nomor 126/MP/1949 dengan pangkat kolonel.

Nasution sempat dibebas tugaskan dari jabatannya ketika terjadi peristiwa perbedaan pendapat antara Angkatan Darat dan Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. 

Lantaran, parlemen dianggap terlalu mencampuri urusan internal Angkatan Darat.

Selama tidak aktif menjadai prajurit TNI, Nasution sangat aktif menulis buku. Dia juga mendirikan partai politik Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). 

Kemudian pada 7 November 1955, A.H Nasution kembali dilantik menjadi KSAD dan pangkatnya pun naik menjadi Mayor Jenderal. 

Wafat

Jenderal Besar Abdul Haris Nasution menghembuskan nafas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada tanggal 6 september di tahun 2000. 

Ini merupakan bulan yang sama saat dia masuk daftar PKI untuk dibunuh.

Pemakaman jasad A.H. Nasution dilakukan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta

Atas jasa-jasa dia, pemerintah Indonesia menganugerahkan A.H. Nasution sebuah gelar Pahlawan Nasional. 

Nama Abdul Haris Nasution juga dipakai sebagai nama jalan di beberapa wilayah di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *