‘Nyukcruk Galur’ Sejarah: Melacak Jejak Berdirinya Desa Sukasari Ciamis

Desa Sukasari Cia.is
'Nyukcruk Galur' Sejarah Desa Sukasari Ciamis/Ist

Regional, CIAMIS: Desa Sukasari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis memiliki kisah sejarah yang kaya. Daerah ini punya akar yang dalam, mencerminkan perjalanan panjang dan perubahan yang telah dialaminya.

Sukasari bukan hanya tempat dengan sejarah yang kaya, tetapi juga menjadi penjaga api bagi seni budaya tradisional yang kini nyaris punah.

Bacaan Lainnya

Kendati demikian, warga di sana memiliki komitmen yang kuat dalam memelihara dan menghidupkan kembali warisan seni mereka.

Hal itu mendorong Pemerintahan Desa Sukasari, Kabupaten Ciamis untuk menggelar kegiatan ‘Nyukcruk Galur’ Sejarah Sukasari berdiri dan ‘Ngaruat Desa’.

Kepala Desa Sukasari, Ija Wartija mengatakan bahwa ‘Nyuckruk Galur’ Sejarah ini merupakan bentuk rasa syukur dan untuk mempererat silaturahmi dengan seluruh masyarakat.

Pihaknya telah menetapkan hari lahir Desa Sukasari l, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis adalah tanggal 8 Juni 1874, yakni hari Senin.

Ada pun, kata dia, kegiatan ini bekerjasama dengan Pemuda Pancasila Ranting Sukasari serta Karang Taruna Sukasari.

Kegiatan tersebut diisi dengan acara kebersihan massal, melakukan penghijauan di Situs Budaya Gununglayang, pagelaran seni daerah, kabaret sejarah terbentuknya Desa Sukasari.

Kemudian, acara diakhiri dengan pagelaran Wayang Golek di Halaman Desa Sukasari Kecamatan Tambaksari pada Minggu (12/11/2023).

Indi Kustandi selaku Anggota Pemuda Pancasila Ranting Sukasari sekaligus panitia acara menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan ini.

Menurutnya, kegjatan itu juga untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November 2023.

“Kami ingin melestarikan seni budaya daerah. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pentingnya kebersihan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan hutan,” kata dia.

Ia mengungkapkan, para leluhur Desa Sukasari adalah pahlawan untuk masyarakat Sukasari. Bahwa tanpa mereka mungkin ia tidak akan seperti ini.

“Acara tersebut cukup meriah. Di mana, warga sekitar kumpul sambil menikmati seni tradisional yang ada di daerahnya sendiri,” tegas dia.

Semua warga desa ikut berpartisipasi memeriahkan acara tersebut. Acara ini sebagai simbol rasa syukur kepada Allah.

Serta awal bangkitnya kembali rasa cinta kepada desanya sendiri. Ia sebagai generasi muda harus mencintai tanah air sebagai warisan leluhur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *